Tentu masyarakat familiar dengan PT. Freeport, perusahaan tambang yang mengelola lahan di Tembagapura, Mimika, Papua. Produksi tambang itu perhari mencapai 220.000 ton biji mentah emas, perak dan uranium. Selain Freeport, masih ada Newmont, perusahaan asal Colorado, Amerika, yang mengelola beberapa tambang emas dan tembaga dikawasan NTT dan NTB. Tahun lalu, setoran perusahaan ke pemerintah mencapai Rp 689 miliar, sudah mencakup semua pajak, dari keuntungan total mereka. Jika dari NTT saja, pada 2012 pendapatan Newmont mencapai 4,17 juta dollar ( Rp 41,2 miliar ). Belum lagi sederet operator migas yang rata-rata kelas kakap sebagai mitra pemerintah mengelola blok migas. Chevron memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35 persen migas Indonesia.
Disusul Conoco Philips, yang mengelola 6 blok migas. Perusahaan yang telah 40 tahun beroperasi di Indonesia ini merupakan produsen migas terbesar ketiga di Tanah Air. Lalu, tentu saja Exxon Mobil yang bersama Pertamina menemukan sumber minyak 1,4 miliar barel dan gas 8,14 miliar kaki kubik di Cepu, Jawa Tengah.
Negeri Tirai Bambu sangat aktif mencari sumber energi non-migas dari negara lain, termasuk Indonesia. Salah satu investasi besar mereka di Tanah Air adalah bidang batu bara. Selain itu sumber daya alam seperti nikel dan bauksit juga diincar perusahaan-perusahaan China. Perusahaan tambang skala menengah dan besar China bergerak di seluruh wilayah. Mulai dari Pacitan, Jawa Timur, sampai pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan terbesar adalah PT.Heng Fung Mining Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel, Halmahera, Maluku, dengan target produksi bisa mencapai 200 juta ton.
Petro China, perusahaan migas plat merah China juga mengelola beberapa blok. Salah satu yang baru ini tersorot adalah 14 blok di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang disegel pemerintah setempat karena persoalan CSR. Inggris juga masuk dalam daftar ini. British Petroleum ( BP ) adalah operator lama sektor migas di Indonesia. Mengelola blok gas tangguh di Papua, lewat anak perusahaan BP Berau, investasi terbaru perusahaan asal Inggris itu di blok tersebut mencapai 12,1 miliar dolar.
Perusahaan migas asal Negeri Anggur, Perancis yaitu total sudah bermitra cukup lama dengan pemerintah Indonesia. Total E & P Indonesia mengelola blok migas mahakam, Kalimantan Timur. Total bekerja sama dengan Inpex Corp dalam mengelola blok mahakam. Total mengendalikan 50 persen saham di blok tersebut dan Inpex sisanya.
Pada 2008, total mengajukan proposal untuk memperpanjang kontrak karena ingin melakukan investasi lebih lanjut. Total memproyeksikan blok Mahakam pada 2013 memberikan pendapatan 8,92 miliar dollar ( Rp 88,4 trilyun ). Selain total, perusahaan Perancis lain, Eramet, berinvestasi di kawasan timur Indonesia. Eramet beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan saham pada PT. Weda Bay Nickel di bawah konsorsium Strand Mineralindo.
Investasi proyek pengolahan dan pemurnian ( Smelter ) bahan tambang di Halmahera Utara, Maluku tersebut mencapai 5 miliar dollar ( Rp 50 Triliun ) dengan kapasitas 3 juta ton pertahun. Terakhir Kanada, Canadian International Development Agency ( CIDA ) mengembangkan 12 proyek di Sulawesi saja, semuanya berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.
Sheritt International dan Vale juga membuka tambang di Indonesia. khusus Vale, investasi di Sulawesi Tengah mencapai 2 miliar dollar ( Rp 19,8 triliun ). Melalui Nico Resources yang menjadi perpanjangan tangan perusahaan migas Calgary asal Kanada, kini ada 20 blok yang dikelola, pengelola blok terluas di Indonesia.
Asing pun berpesta pora, kala kesejahteraan warna negeri ini masih jauh dari mimpi sejahtera.
(forumhijau.com)***
Disusul Conoco Philips, yang mengelola 6 blok migas. Perusahaan yang telah 40 tahun beroperasi di Indonesia ini merupakan produsen migas terbesar ketiga di Tanah Air. Lalu, tentu saja Exxon Mobil yang bersama Pertamina menemukan sumber minyak 1,4 miliar barel dan gas 8,14 miliar kaki kubik di Cepu, Jawa Tengah.
Negeri Tirai Bambu sangat aktif mencari sumber energi non-migas dari negara lain, termasuk Indonesia. Salah satu investasi besar mereka di Tanah Air adalah bidang batu bara. Selain itu sumber daya alam seperti nikel dan bauksit juga diincar perusahaan-perusahaan China. Perusahaan tambang skala menengah dan besar China bergerak di seluruh wilayah. Mulai dari Pacitan, Jawa Timur, sampai pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan terbesar adalah PT.Heng Fung Mining Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel, Halmahera, Maluku, dengan target produksi bisa mencapai 200 juta ton.
Petro China, perusahaan migas plat merah China juga mengelola beberapa blok. Salah satu yang baru ini tersorot adalah 14 blok di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang disegel pemerintah setempat karena persoalan CSR. Inggris juga masuk dalam daftar ini. British Petroleum ( BP ) adalah operator lama sektor migas di Indonesia. Mengelola blok gas tangguh di Papua, lewat anak perusahaan BP Berau, investasi terbaru perusahaan asal Inggris itu di blok tersebut mencapai 12,1 miliar dolar.
Perusahaan migas asal Negeri Anggur, Perancis yaitu total sudah bermitra cukup lama dengan pemerintah Indonesia. Total E & P Indonesia mengelola blok migas mahakam, Kalimantan Timur. Total bekerja sama dengan Inpex Corp dalam mengelola blok mahakam. Total mengendalikan 50 persen saham di blok tersebut dan Inpex sisanya.
Pada 2008, total mengajukan proposal untuk memperpanjang kontrak karena ingin melakukan investasi lebih lanjut. Total memproyeksikan blok Mahakam pada 2013 memberikan pendapatan 8,92 miliar dollar ( Rp 88,4 trilyun ). Selain total, perusahaan Perancis lain, Eramet, berinvestasi di kawasan timur Indonesia. Eramet beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan saham pada PT. Weda Bay Nickel di bawah konsorsium Strand Mineralindo.
Investasi proyek pengolahan dan pemurnian ( Smelter ) bahan tambang di Halmahera Utara, Maluku tersebut mencapai 5 miliar dollar ( Rp 50 Triliun ) dengan kapasitas 3 juta ton pertahun. Terakhir Kanada, Canadian International Development Agency ( CIDA ) mengembangkan 12 proyek di Sulawesi saja, semuanya berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.
Sheritt International dan Vale juga membuka tambang di Indonesia. khusus Vale, investasi di Sulawesi Tengah mencapai 2 miliar dollar ( Rp 19,8 triliun ). Melalui Nico Resources yang menjadi perpanjangan tangan perusahaan migas Calgary asal Kanada, kini ada 20 blok yang dikelola, pengelola blok terluas di Indonesia.
Asing pun berpesta pora, kala kesejahteraan warna negeri ini masih jauh dari mimpi sejahtera.
(forumhijau.com)***